Effisiensi Mesin Pendingin


Effisiensi sebuah mesin pendingin sering dinyatakan dengan istilah COP (Coefficient Of Performance) ataupun EER (Energy Efficiency Ratio).

COP didapatkan dari perbandingan antara Kapasitas Pendinginan Qe (kW) dengan Daya Input Kompressor (kW)

COP = Qe (kW) /W (kW)


atau EER yaitu perbandingan Kapasitas Pendinginan (Btu/h) dengan Daya Input Kompressor (w)

EER = Qe(Btu/h) / W (w)


Semakin besar nilai COP atau EER semakin effisien sebuah mesin pendingin.

Kalau AC split wall mounted yang ada di pasaran, kira kira rentang nilai COP atau EER-nya berapa?

Ssecara umum rata-rata manufakturAC menuliskan 9000Btu/h untuk AC 1pk wall mounted.

itu artinya jika Kompressor dengan daya 1pk akan menghasilkan pendinginan sebesar 9000Btu/h.

1pk = 0.746 kW

1Btu/h = 0.000293071kW

Jadi jika AC memiliki kapasitas pendinginan 9000Btu/h dgn daya input 1pk maka:

COP = (9000 x 0.000293071) / 0.746

COP = 2.638 / 0.746

COP = 3.54

atau EER-nya:

EER = 9000 / 746

EER = 12

Jadi makin besar COP atau EER- nya berarti Performance AC tersebut makin baik?

Dipasaran ada beberapa manufaktur AC Split yang meng-claim paling hemat listrik dengan teknologi inverter-nya. Apakah ini berarti COP-nya naik juga?

Inverter system bukan berarti menaikkan nilai COP sehingga pemakaian energi listrik menjadi lebih hemat.

Fixed speed drive adalah metoda yg digunakan pada ac konvensional. Kompressor bekerja sesuai dengan tegangan dan frekuensi jala-jala.

Inverter adalah salah satu teknologi utk menghemat pemakaian arus listrik.

Inverter memvariasikan tegangan dan frekuensi sesuai dgn kebutuhan atau dengan pengontrolan seperti PWM (Pulse Width Modulation)

Ketika sistem pendingin mulai start up.....pada AC konvensional terjadi hentakan arus yg sangat besar 4-6kali FLA-nya karena Kompresor langsung mendapat tegangan dan frekuensi penuh (kalau di Indonesia misalnya 220VAC/50Hz utk single phase). Tetapi dengan sistem yg menggunakan teknologi inverter, untuk start up bisa dimulai dari 1/15 FLA sampai kemudian mencapai titik FLA secara bertahap.

Begitu juga ketika temperatur di ruangan yg dikondisikan mulai turun. AC konvensional tetap mendapat supply tegangan dan frekuensi yg sama seperti pada saat start up (kecepatan putaran kompressor tetap / tidak dipengaruhi oleh kondisi beban), berbeda dengan inverter system, dengan menerima input dari sensor ruangan inverter akan memvariasikan kapasitas kompresor menyesuaikan dengan beban pendinginan (kecepatan putar kompressor menyesuaikan beban).

Jadi total penggunaan energi listrik jauh lebih hemat dengan inverter system dibanding dengan model konvensional.

Nilai COP sendiri ditentukan dalam satu kondisi, misalnya pengukuran saat di indoor temperatur 27°CDB / 19°CWB dan outdoor 35°CDB / 24°CWB

Teknologi inverter banyak digunakan pada AC jenis VRV ataupun VRF, apa yang dimaksud dengan VRV atau VRF tersebut?

VRV (Variable Refrigerant Volume) adalah hak patennya Daikin, model yang sama juga ada di manufaktur yang lain dengan nama yang berbeda, misalnya VRF (Variable Refrigerant Flow system) punya Fujitsu.

Pada dasarnya keduanya sama,mengontrol jumlah aliran refrigeran yang mengalir ke Evaporator dan memvariasikan kecepatan putaran Kompresor, fan motor pendingin Kondenser, fan motor sirkulasi udara di Evaporator, intinya menyetel kondisi sistem supaya sesuai dengan kondisi beban.

Kondisi seperti apa yang bisa mempengaruhi effisiensi dan kerusakan apa saja yang umum terjadi pada AC jenis ini?

Kesalahan pada saat pemasangan baik itu piping design ataupun proses penanganan evacuation atau proses vakum atau pun penggunaan refrigeran yg tidak murni menjadi penyebab dasar kerusakan-kerusakan pada sistem.

Salah satu contoh: Proses vakum yg benar adalah dengan menggunakan alat vakum yang standard (mampu mencapai 29.9 inHg Vac.) sehingga mampu mengevakuasi udara dan foreign gas yg berada dalam pipa-pipa pada saat proses instalasi. Keberadaan udara dalam sistem selain menghambat proses refrigerasi juga bisa menyebabkan korosi (kandungan air yg terdapat di udara akan bereaksi dgn logam-logam yg ada di dalam komponen sistem refrigerasi, misalnya komponen mekanik pada kompressor. Yang pada akhirnya bisa membuat Kompresor macet/electric motor dalam Kompresor menjadi short circuit.

Kesalahan instalasi juga bisa berakibat fatal, pada sistem VRV/VRF pemasangan refnet joint dan ukuran pipa sangat menentukan agar sistem bisa bekerja normal. Pemasangan oil trap juga harus diperhatikan sehingga oli bisa bersirkulasi kembali kedalam kompresor (oli tidak terperangkap di jalur/komponen-komponen di indoor unit). Penggunaan oil separator pada sistem tidak berarti 100% oli tidak ikut bersirkulasi di dalam sistem.

Pemakaian refrigeran yang tidak murni juga sangat mempengaruhi kinerja mesin pendingin. Refrigeran yg beredar dipasaran walaupun type-nya sama bukan berarti 100% sesuai dengan karakteristik kimiawinya.

Admin pernah melakukan testing dengan memakai Refrigerant Identifier untuk melakukan pengecekan kemurnian refrigeran dan hasilnya ternyata untuk salah satu merk refrigeran R-134a yang kisaran harganya 400-500rb/13.6kg ternyata kandungan R-134a-nya cuma 26% sisanya R-22 + uap air.

Dengan menggunakan refrigeran oplosan tersebut sudah jelas akan merusak kinerja mesin pendingin.

Untuk kerusakan electric biasanya disebabkan fluktuasi tegangan listrik yg menyebabkan kinerja mesin tidak stabil.

Kerusakan-kerusakan sensor (thermistor, pressure switch, EEV solenoid dll) biasanya terjadi setelah sistem bekerja dalam waktu yang lama. Selebihnya human error pada saat part manufacturing atau saat instalasi unit.

Klik disini untuk melihat video cara penggunaan Refrigerant Identifier

Sistem yang terpasang menggunakan R-22, kira-kira ada/tidak spesifikasi yang jelas untuk mengetahui kalau itu refrigeran murni?


Kalau untuk melakukan pengecekan hanya satu cara "gunakan Refrigerant Identifier" yang bisa mengidentifikasi komposisi chemicalnya.

Refrigerant Identifier juga bisa dipakai untuk mengecek kondisi refrigeran dalam sistem yg sudah terpasang/terisi.

Cara lain adalah beli refrigeran yg bermerk seperti ELF, Freon, Genetron, Dupont. Harga memang jauh lebih mahal, tetapi kemurniannya terjamin.

Bagaimana acuan yang baku untuk mengecek tekanan refrigeran yang tepat pada unit, kapan sebaiknya dilakukan pengecekan tersebut?

Paling mudah lakukan pengecekan refrigeran pada saat peak load (biasanya saat siang hari) tapi jangan lagi hujan. Pada saat cuaca panas, mesin pendingin akan bekerja pada titik puncak.

Sistem pendingin ruangan (AC) pada sisi tekanan rendah (Evaporator) bekerja pada titik evaporasi 0-10 derajat Celcius. Maksudnya pada titik puncak (peak load). Temperatur Evaporasi berada dititik 10°C dan pada saat lowest load (beban terendah) tidak lebih rendah dari titik 0°C.

Ingat: "Tekanan kerja system dipengaruhi oleh beban pendinginan, semakin besar beban semakin tinggi kenaikan tekanan kerja system”.

Dari temperatur evaporasi tersebut bisa dikonversi ke tekanan kerja:

Untuk R-22: (0°C =3.97bar s/d 10°C = 5.8bar)

Jadi range-nya dari 3.97 s/d 5.8bar

atau dalam satuan psig = 57.6 s/d 84.1psig

57.6 psig saat beban terendah dan 84.1 psig saat beban puncak

Diposting oleh iwan service di Senin, Februari 27, 2012 

Home

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kunjungi link berikut ini